Saat mulai diperbolehkan mengonsumsi makanan pendamping ASI, bayi membutuhkan proses adaptasi terhadap makanan. Dalam proses adaptasi ini, orang tua kemungkinan menemui jenis makanan bayi yang menimbulkan alergi.

Alergi pada bayi memang seringkali disebabkan oleh makanan. Namun, zat asing yang masuk ke dalam tubuh atau tersentuh di kulit juga bisa menjadi penyebab alergi. 

Meski ini adalah masalah umum, beberapa orang tua pasti ada yang merasa panik saat anaknya terkena alergi. Nah, Moms apa yang harus dilakukan saat Si Kecil terkena alergi?

Tips Mengatasi Alergi Makanan Bayi

Secara teori, alergi hanya bisa dihindari atau dikurangi frekuensi kambuhnya. Tetapi ketika anak mulai menginjak usia 6-7 tahun, kebanyakan yang terjadi adalah alergi itu semakin berkurang atau menghilang. 

Apabila Moms mendapati Si Kecil mengalami alergi makanan, jangan langsung panik. Hal paling umum yang perlu dilakukan sebagai penanganan pada kasus alergi makanan bayi adalah mencari tahu penyebabnya. 

Coba ingat-ingat makanan apa yang terakhir dikonsumsi oleh Si Kecil agar berikutnya Moms bisa menghindarkannya dari paparan alergen tersebut. Jenis makanan yang paling sering menyebabkan alergi adalah kacang-kacangan dan seafood

Oleh karena itu, terutama kacang-kacangan, sejumlah ahli menganjurkan agar orang tua menunggu sampai setidaknya anak berusia 3 tahun sampai bisa aman mengonsumsinya. Itu dia alasannya mengapa orang tua harus cermat dalam memilih bahan makanan untuk membuat makanan bayi 6 bulan (MPASI). 

Kemudian dokter pun akan memberikan resep obat untuk meredakan gejala yang terjadi. Obat untuk gejala alergi yang masih ringan atau sedang adalah antihistamin. 

Ada beberapa pilihan bentuk obat ini untuk diberikan kepada Si Kecil, yaitu berupa cairan, gel, atau tablet. Ketika bayi mulai menunjukkan gejala alergi, segera beri dia antihistamin. Akan tetapi jika obat tersebut tidak manjur, itu artinya alergi makanan yang dialaminya sudah telanjur parah. 

Dalam kondisi yang lebih parah dokter akan menyuntiknya dengan epinefrin di area paha. Suntikan epinefrin ini berfungsi untuk menaikkan tekanan darah, sehingga gejala yang lebih parah dapat dihindarkan. Setelah itu pengobatan baru bisa dilakukan secara normal kembali.

Jika alergi sudah mulai mereda, sebaiknya Moms tidak tergesa-gesa memberikan menu baru pada bayi. Tunggu setidaknya selama 3-5 hari saat memberi jenis makanan baru guna melihat apakah makanan tersebut menyebabkan alergi atau tidak. Para orang tua bisa melakukan ‘percobaan’ tersebut pada masa 14 hari pertama ketika anak mulai diperbolehkan mengonsumsi MPASI.

Gejala Alergi yang Harus Diwaspadai

Sebelumnya, Moms juga perlu memahami perbedaan alergi makanan dan intoleransi makanan. Keduanya adalah dua hal yang mirip tetapi berbeda penyebabnya. 

Ketika anak mengalami alergi makanan itu artinya sistem imun di dalam tubuhnya mengalami reaksi berlebihan terhadap suatu senyawa. Gejala alerginya bisa keluar secara tiba-tiba hingga berlangsung lama.

Sedangkan intoleransi makanan tidak ada hubungannya dengan sistem imun. Ini disebabkan karena bayi tidak mampu mencerna zat tertentu di dalam tubuhnya. 

Adapun alergi makanan yang dialami bayi memunculkan gejala berbeda-beda, tergantung seberapa parah reaksi yang terjadi. Berikut beberapa gejala yang perlu diwaspadai oleh orang tua:

  • Kulit memerah, gatal-gatal atau muncul bilur seperti bekas luka,
  • Area wajah, bibir dan lidah membengkak,
  • Sulit bernapas,
  • Muntah-muntah dan diare,
  • Pingsan.

Untuk mendapat pemaparan lebih jelas mengenai acuan pemberian makanan bayi, Moms disarankan untuk berkonsultasi kepada dokter anak. Pengetahuan ini sangat dibutuhkan terutama untuk para orang tua baru.