Kehamilan ektopik atau yang biasa dikenal juga dengan istilah hamil di luar kandungan merupakan salah satu kehamilan yang dapat mengancam nyawa. Namun ini bukanlah kasus yang tidak bisa ditangani oleh tenaga medis. Oleh karena itu, Moms perlu mengenali berbagai penyebab dan gejala munculnya kehamilan ini.
Berdasarkan penelitian, kehamilan di luar kandungan bisa terjadi pada 2 dari 100 kehamilan. Itulah mengapa, sebagian perempuan dinyatakan memiliki pengalaman atau gejala kehamilan ektopik. Ada beberapa penyebab serta tanda-tanda seorang wanita mengalami kehamilan ektopik.
BACA JUGA: Inilah 4 Jenis Pemeriksaan Kehamilan yang Perlu Dilakukan
Penyebab Kehamilan Ektopik
Sel telur yang sudah dibuahi seharusnya berada di tuba falopi sekitar 3 hari, lalu kemudian menempel ke rahim. Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi saat telur yang sudah berhasil dibuahi, tidak dapat masuk ke rahim. Jadi, sel tersebut bisa tetap berada di tuba falopi atau tempat-tempat lain, seperti serviks (leher rahim), indung telur, atau rongga perut.
Meskipun penyebab kehamilan ektopik tidak selalu bisa dipastikan, tapi biasanya kasus ini erat kaitannya dengan kerusakan tuba falopi, yang bisa diakibatkan oleh:
- Bawaan lahir
- Keturunan (faktor genetik)
- Adanya inflamasi atau peradangan
- Hormon yang tidak seimbang
- Kelainan pada perkembangan organ reproduksi
Selain karena rusaknya tuba falopi, kehamilan ektopik juga bisa disebabkan oleh adanya penyakit menular seksual atau paparan DES (dietilstilbestrol). Pemeriksaan sejak dini sangat diperlukan untuk mengetahui, manakah faktor yang menyebabkan terjadinya kehamilan di luar kandungan tersebut.
BACA JUGA: Inilah 6 Cara Menjaga Kehamilan Agar Janin dan Ibu Tetap Sehat
Gejala Kehamilan Ektopik
Pada tahap awal, gejala kehamilan ektopik hampir sama saja dengan kehamilan normal. Menstruasi akan terhenti, dan mual-mual bisa terjadi. Namun setelah beberapa minggu, kehamilan ini akan menunjukkan beberapa gejala yang lebih serius, seperti:
- Nyeri yang luar biasa, seperti tertusuk. Rasa nyeri ini biasanya terjadi di area bagian bawah perut, panggul, bagian bahu, maupun leher.
- Pendarahan terjadi. Dapat berupa pendarahan ringan atau berat, tapi warna darah lebih gelap daripada saat menstruasi.
- Lemas dan pusing bisa datang sewaktu-waktu, dan semakin memburuk seiring bertambahnya usia kehamilan.
- Diare, atau keinginan untuk terus-menerus buang air besar
- Dalam kasus-kasus ekstrim, penderita kehamilan ektopik dapat mengalami pingsan.
Dengan banyaknya gejala yang mungkin terjadi, maka penting bagi Moms untuk memperhatikan apa yang dirasakan selama hamil. Nyeri biasa mungkin bisa ditoleransi, tapi jika sampai mengganggu, maka sebaiknya segera diperiksakan. Demikian pula dengan adanya pendarahan, baik ringan maupun berat.
Mengatasi Kehamilan Ektopik
Apabila berbagai gejala tersebut terjadi, maka jangan ragu untuk segera memeriksakan diri ke dokter. Efek dari kehamilan ektopik ini, bila dibiarkan semakin lama dapat merusak tuba falopi. Sebelum hal ini terjadi, jaringan ektopik harus segera diangkat dari tempatnya. Beberapa cara mengatasi kehamilan ektopik adalah:
- Menggunakan obat-obatan (Suntik Methotrexate)
- Operasi Laparotomi
- Operasi Laparoskopi
Usai melakukan USG dan melakukan pemeriksaan menyeluruh, dokter akan menentukan langkah mana yang sebaiknya diambil untuk mengatasi kasus ini. Jadi, Moms tidak perlu terlalu panik, selama terus berkonsultasi dengan tenaga medis ahli. Banyak kasus kehamilan ektopik faktanya dapat ditangani secara medis.
Itulah beberapa informasi penting yang Moms perlu tahu tentang gejala kehamilan ektopik. Dengan memeriksakan diri sejak dini, maka tuba falopi bisa lebih terlindungi, dan kehamilan selanjutnya bisa direncanakan dengan baik. Sebagian besar perempuan yang pernah menderita kehamilan ektopik tetap dapat mengalami kehamilan yang normal dan sehat pada kesempatan selanjutnya.