Meskipun sulit dipastikan secara akurat, sebenarnya HPL atau Hari Perkiraan Lahir bisa diketahui dengan sangat mudah. Salah satu cara menghitung HPL yang paling terkenal yaitu metode penghitungan dengan berpatokan tanggal pertama terakhir menstruasi. Namun tidak melulu dengan cara tersebut, karena kini metode-metode perhitungan telah banyak bermunculan. Berikut beberapa cara menghitung HPL.
Melalui HPHT
HPHT merupakan Hari Pertama Haid Terakhir. Untuk menghitung HPL, metode pertama ini terbilang mudah, karena tidak membutuhkan bantuan alat medis atau yang lainnya. Moms hanya perlu tahu hari pertama pada haid terakhir saja. Selanjutnya, perhitungan tersebut bisa Moms lakukan dengan bantuan rumus Naegele. Agar lebih jelas, berikut cara menghitung usia kehamilan dari HPHT tersebut:
- Pertama, tentukan tahun pertama haid terakhir atau HPHT kemudian tambahkan dengan satu tahun.
- Selanjutnya, tentukan tanggal pertama haid terakhir lalu tambahkan dengan tujuh hari
- Dan yang terakhir, tentukan bulan haid terakhir kemudian kurangi tiga bulan
Contoh: Katakan HPHT tanggal 14 Juni 2019, maka perkiraan HPL adalah 21 Maret 2020. Yaitu 2019 + 1 tahun, Tanggal 14 + 7, dan bulan Juni – 3 bulan.
Cara menghitung taksiran persalinan dan usia kehamilan ini hanya bisa dilakukan bagi wanita yang memiliki siklus haid teratur saja.
Melalui Tinggi Puncak Rahim
Bagi Moms yang tidak memiliki siklus haid teratur, cara menghitung HPL kedua ini bisa dicoba. Dibandingkan dengan cara pertama, cara kedua ini memang sedikit sulit. Pasalnya untuk mengetahui HPL, Moms perlu tahu tinggi pucuk rahim terlebih dahulu. Yaitu dengan cara meraba puncak rahim di dinding perut yang menonjol. Nah, perhitungan ini dilakukan dari tulang kemaluan sampai pada puncak rahim. Misalnya, jika jarak tulang kemaluan sampai dengan puncak rahim adalah 19 cm, maka artinya kehamilan Moms berusia 19 minggu.
Melalui Tes HCG
Cara selanjutnya, yang juga bisa dicoba untuk menghitung HPL yaitu melalui tes HCG. Tes HCG atau Human Chorionic Gonadotropin merupakan cara mengetahui HPL dengan memanfaatkan hormon peptida yang diproduksi ibu hamil, yang diperoleh dari embrio dan kemudian dihasilkan oleh plasenta atau Syncytiotrophoblast.
Dalam perhitungan ini, hormon HCG dapat diperoleh melalui urine atau menggunakan sampel darah. Keduanya tentu digunakan dengan kasus yang berbeda.
Tes menggunakan urine umumnya digunakan untuk menghitung usia kehamilan janin. Sedangkan, untuk sampel darah sendiri lebih digunakan ketika seseorang ingin mengetahui HPL pada kehamilan yang tidak terdeteksi, atau pada kehamilan ektopik yang mengganggu.
Melalui USG
Untuk cara yang lebih akurat, di antara semua cara di atas mengetahui HPL adala dengan menggunakan pemeriksaan USG transvaginal. Hal itu karena melalui USG, dokter dapat melihat ukuran lingkar kepala dan panjang janin sehingga perkiraan usia dan juga HPL memiliki kemungkinan kecil untuk meleset.
Yang menarik, karena tidak membutuhkan HPHT dalam perhitungan, USG juga sering direkomendasikan sebagai cara menghitung HPL haid tidak teratur. Atau pada wanita yang memiliki haid teratur namun lupa pada hari pertama haid terakhirnya. Adapun pada banyak kasus, HPL yang ditentukan melalui USG akurat. Kalaupun meleset, biasanya itu karena ibu hamil mengandung pertama kali. Bisa juga karena mengalami obesitas, mengandung bayi laki-laki, atau ibu hamil memiliki anggota keluarga dengan riwayat bersalin melampaui perkiraan.
Pada akhirnya, 4 pilihan cara menghitung HPL di atas merupakan perkiraan yang keakuratannya bisa saja meleset. Hanya saja, untuk menentukan waktu cuti, perkiraan ini setidaknya bisa membantu.